PENERAPAN TEKNOLOGI AMONIASI JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK

PENERAPAN TEKNOLOGI AMONIASI JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK 


  I. PENDAHULUAN 

1.1. Latar Belakang

   Ketersediaan pakan sepanjang tahun merupakan persyaratan mutlak bagi kelangsungan usaha peternakan. Biaya untuk menyediakan pakan ini menempati porsi terbesar dalam biaya produksi, mencapai 60-80%. Besarnya biaya tersebut ditentukan oleh jenis dan bangsa ternak yang dikembangkan. Biaya pakan yang semakin mahal perlu disiasati dengan memanfaatkan bahan pakan alternatif bergizi tinggi atau menyediakan alsin untuk meramu pakan sehingga harga pakan lebih murah. Pengadaan pakan ruminansia pada musim kemarau tampaknya tidak lagi menjadi masalah yang serius. Dengan cara yang sederhana, jerami yang semula merupakan pakan berkualitas rendah, dapat diubah menjadi pakan bergizi tinggi. 
      Tersedianya hijauan pakan ternak yang berkualitas dan berkesinambungan merupakan hal penting dalam meningkatkan produktifitas ternak khususnya ternak ruminansia. Pada saat tertentu seperti musim kemarau dimana rumput / hijauan pakan sulit didapat, maka peternak harus mencari pakan alternatif lain yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Wilayah Indonesia yang secara geografis memiliki lahan pertanian (tanaman padi) cukup luas, yang merupakan potensi dalam menghasilkan jerami padi dalam jumlah besar. Masalah yang membatasi penggunaanyan adalah kualitas / kandungan zat gizi yang rendah, berdasarakan bahan kering jerami padi mengandung serat kasar 32,0 %, protein kasar 3,6 % lignin dan silika 12-16 % daya cerna 40-50 %. Namun demikian jerami padi mengandung 80 % zat-zat potensial dapat dicerna sebagai sumber energi bagi ternak bila dilakukan upaya pengolahan terlebih dahulu, seperti pengolahan jerami dengan menggunakan amoniak yang disebut amoniasi jerami. 

  II. TINJAUAN PUSTAKA

    Jerami padi merupakan salah satu produk samping pertanian yang tersedia cukup melimpah. Namun, jerami padi tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah, karena kandungan protein kasarnya rendah sementara kandungan serat kasarnya tinggi. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan secara optimal, terutama untuk ternak ruminansia (Nista, 2007). 
       Amoniasi adalah cara pengolahan kimia menggunakan amoniak (NH3) sebagai bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N (proteinnya). Cara ini mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu: sederhana, mudah dilakukan, murah (sumber NH3 diambil dari urea), juga sebagai pengawet, anti aflatoksin, tidak mencemari lingkungan dan efisien (dapat meningkatkan kecernaan sampai 80%). Amoniak dapat menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel sehingga membebaskan iikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa, sehingga memudahkan pencernaan oleh selulase mikroorganisme rumen. Amoniak akan terserap dan berikatan dengan gugus asetil dari bahan pakan, kemudian membentuk garam amonium asetat yang pada akhirnya terhitung sebagai protein bahan (Bim, 2005). 
     Teknologi pengolahan jerami padi dapat dilakukan dengan pengolahan secara fisik, kimiawi dan biologis Secara umum teknologi pengolahan limbah pertanian khususnya jerami padi dilakukan dengan tujuan untuk : a). memperbaiki nilai nutrisi dan kecernaan, serta meningkatkan fermentasi ruminal dengan menambahkan elemen yang kurang, b). mengoreksi defisiensi jerami dengan menambahkan nitrogen atau mineral, c). meningkatkan konsumsi dengan cara memperbaiki palatabilitas, d). meningkatkan ketersediaan energi, serta e). mengurangi sifat amba dari jerami padi (Hanum dan Usman, 2011). Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk melemahkan ikatan lignoselulosa dan silika yang menjadi faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami padi. Nitrogen yang berasal dari urea yang meresap dalam jerami mampu meningkatkan kadar amonia di dalam rumen sehingga tersedia substrat untuk memperbaiki tingkat dan efisiensi sintesis protein oleh mikroba. Pada proses ermentasi terjadi perengangan ikatan komplek lignin sellulosa dan peningkatan kandungan sellulosa yang dipecah oleh enzin sellulase yang dihasilkan oleh mikroorganisme untuk menngkatkan kecernaan (Hanum dan Usman, 2011). 
  Penurunan serat kasar jerami padi disebabkan karena degradasi komponen serat kasar oleh mikroorganisme rumen menjadi asam – asam organik dalam proses amoniasi. Dengan dirombaknya sellulosa dan peregangan ikatan komplek yang merupkan salah satu komponen serat kasar, maka kandungan serat kasar turun. Sellulosa, hemisellulosa dan pektin yang merupakan serat kasar dapat dicerna dengan baik oleh mikroorganisme rumen dalam proses fermentasi (Trisnadewi, dkk., 2011).

III. PEMBAHASAN 

  3.1. Pemanfaatan Amoniasi di Masyarakat
     Peningkatan produksi ternak ruminansia memerlukan penyediaan pakan dalam jumlah yang besar, terutama sumber serat yang murah. Salah satu sumber pakan ternak ruminansia yang potensial adalah limbah hasil pertanian. Umumnya jerami/limbah pertanian mempunyai kualitas yang kurang baik, dengan kandungan lignoselulosa yang tinggi. Upaya peningkatan kualitas limbah pertanian baik secara fisik, kimia dan biologis telah banyak direkomendasikan salah satunya adalah teknologi amoniasi jerami padi. Jerami padi adalah bagian batang tubuh tanaman padi yang telah dipanen bulir-bulir buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi akar dan bagian yang tertinggal setelah disabit. Karakteristik jerami padi ditandai dengan rendahnya kandungan nitrogen dan mineral esensial, sedang serat kasarnya yang tinggi sehingga kecernaannya hanya mencapai 37 % (Trisnadewi, dkk., 2011). Sebagaimana telah dijelaskan bahwa mengingat karakteristik jerami padi, maka untuk tujuan meningkatkan nilai manfaat jerami padi diperlukan upaya yang diarahkan untuk memperkecil faktor pembatas pemanfaatannya, sehingga potensinya yang besar sebagai pakan ternak dapat ditingkatkan, sehingga perlu adanya sentuhan teknologi dalam pengolahan jerami padi.                 Teknologi yang diterapkan haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut mudah dan praktis serta ekonomis, jerami padi yang telah diolah harus lebih murah atau minimal tidak lebih mahal dengan pakan lain dengan nilai gizi yang setara, peralatan yang digunakan tidak mahal ataupun yang telah dimiliki oleh peternak, serta bahan yang digunakan harganya tidak mahal. 

3.2. Manfaat Amoniasi Jerami 
Bin (2005) menjelaskan, bahwa manfaat amoniasi jerami sebagai pakan ternak yaitu sebagai berikut: 1. Merubah tekstur dan warna jerami yang semula keras berubah menjadi lunak dan rapuh. 
2. Warna berubah dari kuning kecoklatan menjadi coklat tua. 
3. Meningkatkan kadar protein, serat kasar, energi bruto (GE), tetapi menurunkan kadar bahan ekstrak tiada nitrogen (BETN) dan dinding sel. 
4. Meningkatkan bahan kering, bahan organik, dinding sel, nutrien tercerna total, energi tercerna, dan konsumsi bahan kering jerami padi. 
5. NH3 cairan rumen meningkat. 
6. Menghambat pertumbuhan jamur. 
7. Memusnahkan telur cacing yang terdapat dalam jerami. 

3.3. Pembuatan Amoniasi Jerami

3.3.1. Alat dan bahan 
  Bahan yang digunakan dalam pembuatan amoniasi jerami yaitu jerami padi, urea ( 3% dari bobot jerami), dan Air. Sedangkan alat yang digunakan yaitu timbangan, plastik, ember, alat pemotong jerami, sendok, dan alat penyiram (Nista, 2007). 

 3.3.2. Cara Pengerjaan : 
1. Timbang jerami padi sesuai kebutuhan, kemudian dipotong-potong dengan ukuran 10-20 cm. 
2. Timbang urea sebanyak 6 % dari bobot jerami padi. 
3. Sediakan air bersih berdasarkan berat jerami, bila jerami kering, air yang dibutuhkan 70 %, bila jerami basah 40 %. Untuk melarutkan urea. 
4. Kantong plastik langsung dilapis dua dengan cara memasukkan lembar pertama ke dalam lembar kedua. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan plastik agar tidak bocor. Bila menggunakan drum, tidak perlu dilapis plastik. Seluruh jerami dimasukkan dalam kantong plastik atau drum. 
 5. Larutkan urea dengan mencampur ke dalam ember yang berisi air (sesuai jenis jeraminya), diaduk-aduk sampai semua urea larut. 
 6. Siram dan campurkan larutan urea tersebut (sedikit demi sedikit) pada jerami yang ada di dalam kantong plastik atau drum, diaduk-aduk dan sedikit dibolak-balik sampai merata seluruhnya. Kemudian jerami di dalam plastik atau drum dipadatkan (sesuai kekuatan plastik atau drum). 
 7. Selanjutnya tutup (ikat) dulu lapisan plastik pertama pada bagian atasnya, kemudian baru lapisan plastik ke dua. Kantong plastik atau drum ini dapat disimpan pada tempat yang aman. Bila menggunakan drum maka permukaan drum ditutup dengan plastik rangkap dua. 
 8. Setelah 4 minggu, amoniasi jerami padi dapat dibuka. Sebelum diberikan ternak jerami padi amoniasi tersebut harus diangin-anginkan selama 1- 2 hari (sampai bau menyengat amoniak hilang) (Nista, 2007).   

IV. PENUTUP 

 4.1. Kesimpulan 
1. Limbah pertanian berupa jerami padi sangatlah potensial bila dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ruminansia. 
2. Untuk meningkatkan pemanfaatan jerami padi sebagai bahan pakan ternak perlu dilakukan pengolahan yang tepat guna berupa bioteknologi melalui amoniasi jerami.
 3. Penggolahan jerami padi secara bioteknologi melalui amoniasi jerami memiliki keunggulan antara lain bahan pakan (jerami) yang dihasilkan memiliki kandungan nutrisi yang dihasilkan lebih tinggi dibanding tanpa amoniasi (meningkatkan protein dan menurunkan serat kasar) dan memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai ternak. 

  4.2. Saran 
  Pemanfaatan jerami padi melalui amoniasi jerami sebagai pakan ternak ruminansia dapat mengurangi jumlah produksi limbah pertanian dan sebagai alternatif yang bisa memecahkan persoalan mengenai pakan saat musim kemarau, sehingga cara ini harus di sosialisasikan pada masyarakat khususnya peternak dan petani yang umumnya memiliki pengetahuan yang rendah tentang amoniasi jerami.

Comments

Popular Posts