PAKAN SILASE DAN AMONIASI JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK POTONG

                                                                                                                                             
PAKAN SILASE DAN AMONIASI JERAMI SEBAGAI PAKAN
TERNAK POTONG




         I.            PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan  pakan  merupakan bahan yang  sudah dapat  di  makan, di  cerna dan di  gunakan oleh hewan. Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri  dalam  pemanfaatannya sebagai pakan. Pengolahan pakan disini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna, utamanya untuk ternak ruminansia serta peningkatan kandungan protein bahan. Beberapa alternatif pengolahan dapat dilakukan secara fisik (pencacahan, penggilingan dan atau pemanasan), kimia  (larutan basa  dan atau asam  kuat), biologis (mikroorganisme  atau  enzim)  maupun gabungannya.
Pengolahan cara fisik dan biologis memerlukan tenaga dan investasi yang cukuptinggi  dan dalam  skala  besar, sering kali  menjadi  tidak berjalan. Cara  kimiadengan “amoniasi”  dirasa  merupakan cara  yang  paling  tepat  dalam  pengolahan ini, karena  mudah dilakukan, murah,  tidak mencemari  lingkungan  dan  sangat efisien. Silase adalah pakan yang  telah diawetkan dibuat  dari tanaman yang dicacah,  pakan  hijauan,  limbah dari  industri  pertanian dengan kadar  air  pada tingkat tertentu yang diisikan pada silo. Pada pengertian yang lain silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam keadaan segar dengan kadar air sekitar 60 – 70 % didalam suatu tempat yang disebut silo. Sedangkan silo adalah tempat penyimpanan pakan ternak baik yag dibuat didalam tanah atau diatas tanah. Silase dibuat  dengan cara  fermentasi  pada  kelembaban yang tinggi.  Proses pembuatannya disebut en silage. Hijauan yang baru dipotong kadar airnya sekitar 75 – 80 %,  sehingga  untuk menghasilkan silage yang  baik hijauan tersebut dilayukan terlebih dahulu 2 – 4 jam.
Potensi  jerami  padi, khususnya  di  Indonesia  (pulau Jawa)  sangat  besar. Pada musim  hujan para  peternak tradisional  dapat  member sapinya  dengan hijauan segar  yang berlimpah, namun pada musim kemarau (paceklik) sebagian besar  petani  peternak memberi  pakan ternaknya  dengan jerami  tanpa  diolah. Kebiasaan buruk petani yang seringkali membuang atau membakar jerami ternyata bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang lebih berguna.Jerami sisa yang dihasilkan petani dapat diolah kembali menjadi pakan ternak organik. Petani dapat mengolah jerami tersebut dengan cara pengolahan amoniasi. Amoniasi merupakan sistem pengolahan pupuk dengan menggunakan urea yang kemudian di fermentasi. Selain Jerami, bahan-bahan lain yang dapat digunakan untuk pembuatan pakan ternak fermentasi ini antara lain daun dan batang jagung. Hasil dari proses fermentasi tersebut dapat dijadikan pakan sapi ternak.
Meskipun jerami ini dapat di makan oleh sapi, namun sebagian  tidak tercerna dan tidak akan menjadikan gemuk bagi ternaknya.  Hal ini dikarenakan jerami padi mempunyai serat kasar yang tinggi (35 – 40%) dan protein yang rendah (3 – 4%). Cara ini mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu: sederhana, diambil dari urea), juga sebagai pengawet, anti aflatoksin, tidak mencemari lingkungan  dan efisien (dapat meningkatkan kecernaan).

1.2    Tujuan
1.    Memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak.
2.    Meningkatkan pengetahuan tentang pengolahan pakan ternak.
3. Mengaplikasikan teknologi tersebut dalam mengatasi kesulitan pakan khususnya pada musim kemarau.

1.3 Rumusan Masalah
Ketersediaan jerami padi yang cukup tinggi belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani peternak bahkan jerami padi sering dibakar sehingga terbuang percuma.Kondisi ini terjadi karena kurangnya pengetahuan petani peternak dalam memanfaatkan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia khususnya sapi Bali.Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak terutama pada saat musim kering, ketersediaan hijauan pakan ternak termasuk rumput terbatas dan sulit dicari.Pengolahan pakan silase dan amoniasi jerami dapat meningkatkan kandungan nutrisi yang terdapat pada jerami dan bisa dimanafaatkan peternak sebagai pakan ternak.


                
         II.            TINJAUAN PUSTAKA

Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat dari tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan lain-lain dengan kandungan air pada tingkat tertentu yang disimpan dalam suatu tempat yang kedap udara (Salim, dkk. 2002). Silase atau silage adalah pakan yang telah diawetkan dengan cara fermentasi yang di proses  dari bahan baku yang berupa  tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar atau kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara , yang biasa disebut dengan Silo, selama sekitar tiga minggu.Dalam silo tersebut  tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara atau oksigen), dimana bakteri asam laktat dan yeast akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah  proses fermentasi. Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya. 
Amoniasi urea pada jerami padi selama ini merupakan upaya praktis dan efektif dan murah untuk meningkatkan kualitas bahan pakan dari sisi kimiawi dan daya cerna, disamping cara lain dengan metode biologis misalnya dengan cara menggunakan bakteri atau jamur. Akan tetapi ada satu kendala dalam proses amoniasi tersebut adalah masih seringnya timbul jamur terutama setelah masa penyimpanan diatas satu bulan. Jamur yang tumbuh selama proses pemeraman ini sering pula diimbangi dengan tumbuhnya jamur toxic. Tumbuhnya jamur toxic pada proses pemeraman ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah tingginya kelembaban dan kebersihan jerami padi sebagai dua faktor utama. Selain itu, tingkat pertumbuhan dan jenis jamur toxic juga dipengaruhi oleh asal jerami padi ditanam, proses penanganan amoniasi, tingkat kelembaban dan lamanya pemeraman (Hidayati, 2007).
Sapi potong adalah sapi yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya atau dikonsumsi. Jenis sapi yang paling populer di Indonesia adalah simental ataupun sapi PO ( Peranakan Ongole ). Untuk mendapatkan sapi dengan berat badan bagus diperlukan makanan yang berkualitas baik. Pada Umumnya, pakan yang dibutuhkan sapi adalah makanan hijauan ternak. Sapi potong dewasa ataupun yang masih dalam masa pertumbuhan sangat membutuhkan pakan yang memadai baik dari segi jumlah ataupun kualitas pakan. Dalam dunia sapi potong, dikenal beberapa cara Pemberian pakan, yaitu penggembalaan ( Pasture Fattening ), Kereman ( Dry Lot Fattening ) dan menggabungkan kedua cara tersebut. Cara pemberian pakan pada sapi potong yang paling sederhana adalah dengan cara penggembalaan, Metode ini  dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput. Pakan ternak dapat juga diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi potong dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% – 2% dari berat badan (Zakariah, 2010). 
                                                                                                     III.            PEMBAHASAN

3.1.Pemanfaatan Silase Jerami
Produksi hijauan sangat mempengaruhi produktivitas ternak, dimana terjadi kelebihan hijauan pada musim hujan dan sebaliknya kekurangan hijauan pada musim kemarau. Teknologi pengawetan hijauan dalam bentuk silase dipengaruhi oleh kadar air hijauan, kadar gula terlarut (karbohidrat siap pakai), jumlah bakteri penghasil asam laktat, dan kadar oksigen. Kurangnya kadar gula terlarut dalam proses ensilase menyebabkan bakteri asam laktat kekurangan asupan energi untuk melakukan aktivitasnya, sehingga bakteri asam laktat akan  menggunakan zat-zat lain yang terkandung dalam hijauan yang memungkinkan digunakan sebagai sumber energi dan menyebabkan berkurangnya nilai nutrisi hijaun tersebut. Untuk menjamin ketersedian gula terlarut yang menjamin keberhasilan proses ensilase perlu dilakukan penambahan bahan aditif. Molases merupakan salah satu bahan aditif yang telah terbukti mampu mengurangi kerusakan bahan kering silase terutama karbohidrat mudah larut dan memperbaiki proses fermentasi silase (Lukmansyah, 2009).
Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya, agar bisa di disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian di berikan sebagai pakan bagi ternak.Sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.Sayangnya fermentasi yang terjadi didalam silo (tempat pembuatan silase), sangat tidak terkontrol prosesnya, akibatnya kandungan nutrisi pada bahan yang di awetkan menjadi berkurang jumlahnya. Maka untuk memperbaiki berkurangnya nutrisi tersebut, beberapa jenis zat tambahan (additive) harus di gunakan agar kandungan nutrisi dalam silase  tidak berkurang secara drastis, bahkan bisa meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ternak yang memakannya.Pembuatan silase dapat juga menggunakan bahan tambahan, yang kegunaan nya tergantung dari bahan tambahan yang akan di pergunakan. Adapun penggunaan bahan tambahan sangat tergantung dari kebutuhan hasil yang ingin di capai.

3.2.  Kualitas Silase
Silase yang baik mempunyai ciri-ciri: warna masih hijau atau kecoklatan, rasa dan bau asam adalah segar, nilai pH rendah, tekstur masih jelas, tidak menggumpal, tidak berjamur serta tidak berlendir (Siregar, 1996). Silase memiliki beberapa kelebihan antara lain: (1) ransum lebih awet, (2) memiliki kandungan bakteri asam laktat yang berperan sebagai probiotik dan (3) memiliki kandungan asam organik berperan sebagai growth promotor dan penghambat penyakit. Silase yang baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim yang berada dalam bahan baku yang tidak dikehendaki, namun dapat mendorong berkembangnya bakteri penghasil asam laktat  (Sapienza, 1993). Kualitas silase dicapai ketika asam laktat sebagai asam yang dominan diproduksi, menunjukkan fermentasi asam yang efisien dan penurunan pH terjadi secara cepat.Semakin cepat fermentasi yang terjadi maka semakin banyak nutrisi yang dikandung silase dapat dipertahankan. Selain itu faktor yang mempengaruhi kualitas silase secara umum juga dipaparkan yaitu kematangan bahan dan kadar air, besar partikel bahan, penyimpanan pada saat ensilase dan aditif. Kualitas silase juga dipengaruhi oleh 1) karakteristik bahan (kandungan bahan kering, kapasitas buffer, struktur fisik dan varietas), 2) tata laksana pembuatan silase (besar partikel, kecepatan pengisian ke silo, kepadatan pengepakan, dan penyegelan silo), 3) keadaan iklim (suhu dan kelembaban) (Sapienza, 1993).
3.3. Pembuatan Silase
3.3.1. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan silase jerami yaitu jerami padi sebanyak 30 kg, EM-4 sebanyak 20 ml (2 tutup botol), bekatul sebanyak 3 kg (10% dari 30 kg jerami), molasses sebanyak 500 ml dan air secukupnya. Alat yang digunakan timbangan, ember dan drum plastik untuk silo, katup sebagai pengunci tutup drum.

3.3.2. Cara Pembuatan
1.    Menimbang semua bahan yaitu jerami padi sebanyak 30 kg, bekatul 3 kg, dan menakar molasses sebanyak 500 ml dan EM-4 sebanyak 20 ml.
2.    Pencacahan Bahan Baku, ukuran pemotongan sebaiknya sekitar 5-10cm. Pemotongan dan pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam silo dan mengurangi terperangkapnya ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan.
3.    Menghamparkan jerami di atas lantai yang bersih. Mencampur EM-4 dan molasses, kemudian memercikkan pada jerami secara merata. Kemudian campurkan bekatuk ke jerami yang telah diberi EM-4 dan molasses.
4.    Tambahkan air jika tingkat kebasahan campuran kurang dan belum merata. Aduk dan campur semua bahan secara merata dengan membolak-balikkan jerami.
5.    Masukkan hasil campuran kedalam drum (silo), Saat memasukan bahan baku kedalam silo secara bertahap, lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap lapisan agar padat. Agar udara yang ada dalam drum dapat dikurangi atau dihilangkan sama sekali.
6.    Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada udara yang bisa masuk kedalam silo.    
7.     Biarkan silo tertutup rapat serta di letakan pada ruang yang tidak terkena matahari atau kena hujan secara langsung, selama tiga minggu.Setelah tiga minggu maka silase sudah siap di sajikan sebagai pakan ternak.
8.    Silase jerami padi kemudian diangin-anginkan sebelum diberikan kepada ternak. Pemberian pada ternak yang belum terbiasa makan silase, harus di berikan sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan. 
9.    Silo yang tidak di buka dapat terus di simpan sampai jangka waktu yang sangat lama asalkan tidak kemasukan udara. 
Menurut Kartadisastra (2004) menyatakan bahwa silase yang baik mempunyai tekstur segar, berwarna kehijau-hijauan dan tidak menggumpal. Sebagai bahan pembuat silase, maka rumput segar harus dilayukan terlebih dahulu untuk meningkatkan BKnya hingga menjdai 30%-40%. Sebaliknya, rumput kering harus ditambah dengan air agar BKnya turun menjadi 30%-40%.Penambahan bahan pakan penguat, misalnya dedak padi atau onggok, dapat dilakukan untuk meningkatkan BK.

3.4.       Pemanfaatan Jerami Amoniasi
   Amoniasi adalah cara pengolahan kimia menggunakan amoniak (NH3) sebagai bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N (proteinnya). Cara ini mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu: sederhana, mudah dilakukan, murah (sumber NH3 diambil dari urea), juga sebagai pengawet, anti alfatoksin, tidak mencemari lingkungan dan efisien (dapat meningkatkan kencernaan sampai 80%). Amoniak dapat menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel sehingga membebaskan ikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa, sehingga memudahkan pencernaan oleh selulase mikroorganisme rumen. Amoniak akan terserap dan berikatan dengan gugus asetil dari bahan pakan, kemudian membentuk garam amonium asetat yang pada akhirnya terhitung sebagai protein bahan.
Teknologi pengolahan dengan amoniak ini benar-benar mudah untuk dilaksanakan dan tidak berbahaya sama sekali dalm pengerjaannya (meskipun dinamakan pengolahan kimia). Siapa saja dapat melakukan asal mengerti dengan jelas prinsip dan metode mana yang akan dilakukan (metode basah atau kering). Dibandingkan dengan pengolahan cara kimia lain, biayanya jauh lebih murah (Hadiwiyoto, 2007).Dari segi nutrient, jerami padi mengandung protein kasar antara 2 – 6% dan energi 40 – 48% TDN) dengan kandungan lignin yang sangat tinggi. Tingginya kandungan liginin mengakibatkan nilai cerna jerami padi rendah (Anggorodi, 1980). Tilman et al. (1991) menambahkan nilai cerna yang rendah menyebabkan kecepatan aliran pakan pada saluran pencernaan juga rendah sehingga dapat membatasi konsumsi pakan. Salah satu upaya untuk meningkatkan nutrien jerami padi adalah dengan cara amoniasi menggunakan urea (CO(NH2).
3.5.       Kualitas Jerami Amoniasi
Jerami yang telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan jerami yang tidak diamoniasi.Sebab kandungan senyawa karbohidrat yang sederhana menjadi lebih besar.Amoniasi juga sangat efektif untuk membebaskan jerami dari kontaminasi mikroorganisme dan menghilangkan aflatoksin yang ada di dalamnya. Penggunaan teknologi amoniasi perlu dikembangkan dan ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan, agar program pencapaian swasembada daging dapat tercapai dan terealisasi.Pengembangan secara intensif perlu dilakukan agar bisa lebih memberdayakan sumber daya lokal dan menghindari ketergantungan impor makanan ternak.
Jerami padi yang telah diamonasi mempunyai kandungan protein menjadi 2 x lipat (dari 4% menjadi 9,5%) tau meningkat 100%. Kecernaan in vitro meningkat dari 36% menjadi 73%, produksi VFA dan NH3 meningkat cukup signifikan karena adanya peningkatan kecernaan dan kadar protein dari bahan pakan yang diamoniasi. Dalam keadaan tertutup (plastik belum dibuka/ dibongkar), bahan pakan yang diamoniasi dapat tahan lama.3.6. Pembuatan Jerami Amoniasi
3.6.1.  Alat dan Bahan
          Bahan yang digunakan dalam pembuatan amoniasi jerami yaitu: Jerami padi (jerami yang berkualitas baik), urea dan air. alat yang digunakan, timbangan plastik, ember dan alat pemotong jerami

3.6.2. Cara Pembuatan
1.    Jerami ditimbang sesuai dengan jumlah yang diperlukan. 50 kg jerami dipotong potong dengan ukuran sekitar 5-10 cm,
2.    Tambahkan urea sebanyak 6% dari bobot jerami padi yang digunakan. Misalnya jumlah jerami padi yang digunakan 50 kg maka urea yang dibutuhkan sebanyak 6% x 50 kg = 3kg.
3.    Disiapkan air bersih sebanding dengan jumlah jerami padi yang digunakan. Misalnya : jerami padi 50 kg, diperlukan air 50 liter.
4.    Disiapkan silo yang dapat dibuat dengan lubang di tanah yang disesuaikan dengan jumlah jerami padi yang diolah. Selain itu dapat pula digunakan drum atau kantong plastik. Sebelum jerami ditumpuk alas pada dasar wadah diberi plastik.
5.    Selanjutnya jerami padi yang telah dipotong-potong dimasukkan ke dalam lubang silo (dapat juga menggunakan wadah plastik, drum, lantai semen), sehingga membentuk lapisan setebal 10-20 cm.
6.    kemudian setiap lapisan disemprot dengan larutan urea secara merata dan setelah itu disemprot dengan air bersih.
7.    Jerami padi disusun sedemikian rupa sehingga membentuk tumpukan ke atas, dan setelah penumpukan jerami selesai, ditutup dengan rapat menggunakan plastik dan disimpan selama empat minggu (21 hari).
8.    Setelah penyimpanan, tutup dibuka, dikering anginkan dan jerami padi amoniasi dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia
Proses amonisi bila sempurna ditandai tekstur jerami relatif lebih mudah putus, berwarna kuning tua atau coklat dan bau monia. Untuk mengurangi bau amonia, jerami harus dianginkan selama 1-2 jam sebelum diberikan pada ternak.


  • Persiapan pembuatan silase 





          3.7.Pemberian Silase dan Jerami Pada Sapi Potong
Ternak ruminansia hanya mampu mengkonsumsi silase dan jerami amoniasi padi sebanyak 3% dari bobot  badan (dikonversi dalam bahan kering). Bila  diasumsikan ternak besar (sapi) bobot badannya 300 kg, sehari membutuhkan bahan kering jerami sebanyak  300 x 0,03 = 9 kg/hari. Penyajian jerami amoniasi ini tidak perlu dicincang, jadi dapat diberikan dalam bentuk utuh, karena dari hasil penelitian jumlah yang dikonsumsi oleh ternak baik yang dicincang maupun yang utuh akan sama saja, sehingga untuk ekonomisnya tidak perlu dicincang. Bila tersedia konsentrat, maka sebaiknya konsentrat diberikan terlebih dahulu kira-kira satu jam sebelum pemberian jerami, hal ini dimaksud untuk merangsang perkembangbiakan mikroorganisme dalam rumen karena karbohidrat siap pakai dan protein yang tersedia dalam konsentrat cukup sebagai pendorong perkembangbiakan mikroorganisme dalam rumen terutama bakteri selulolitik yang mencerna serat kasar jerami.
Jerami amoniasi dalam penyajian sebagai makanan pokok, masalah air minum sangat perlu sekali diperhatikan. Misalnya dalam sehari seekor sapi menghabiskan 10 kg jerami amoniasi maka berarti sapi tersebut akan memakan 8 kg bahan kering dan 2 liter air, dengan demikian maka sapi tersebut membutuhkan air minum kurang lebih sebanyak 30 liter air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Oleh karena itu, bila memberikan makan ternak dengan bahan pokok jerami hendaknya sepanjang sore dan malam hari terus tersedia air minum yang cukup. 

                                                                                                                IV.            PENUTUP 
                                                                                  
4.1. Kesimpulan
1.    Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak akan lebih menguntungkan karena dapat memanfaatkan limbah pertanian sehingga tidak terbuang percuma, disamping dapat meningkatkan ketersediaan pakan terutama pada saat rumput sulit diperoleh.
2.    Pembuatan silase dan amoniasi jerami dapat meningkatkan pengetahuan peternak akan pengolahan pakan.
3.    Pemanfaatan jerami padi sebagai bahan pembuatan silase dan amoniasi jerami dapat direkomendasikan sebagai pakan alternatif ternak sapi terutama di daerah penghasil padi dan pada saat musim kemarau

4.2. Saran

Pemanfaatan jerami padi melalui silase dan amoniasi jerami sebagai pakan ternak ruminansia dapat mengurangi jumlah produksi limbah pertanian dan sebagai alternatif yang bisa memecahkan persoalan mengenai pakan saat musim kemarau.

------SEKIAN------
>>M.A<<

Comments

  1. Slot Games for Windows XP, MAC - DrmCD
    화성 출장샵 windows-pc-latest- › windows-pc-latest- Feb 21, 2017 화성 출장샵포항 출장안마 Feb 21, 2017 The Best Windows Game Online. · Windows 8 춘천 출장안마 Ultimate. · 강릉 출장안마 Windows 8 Laptop.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts